12 December 2012

Trip to care-moon-java

Bagian 1


Saat liburan hari raya yang lalu, saya sama keluarga besar berkesempatan untuk liburan ke Karimunjawa, deretan pulau indah yang terletak di utara pulau Jawa. Dengan bondo nekat dan pengetahuan yang terbatas dari website, kami pun berangkat ke pulau yang banyak dijadikan sasaran liburan para pelancong asing itu. Saking semangatnya, kami berangkat ke sana pada hari-H lebaran! Bayangkan, setelah capek halal-bi-halal muterin satu kampung, malamnya sudah bablas! Hihihi.
Jadi ceritanya itu, kami kesana naik mobil "Mitsubishi Kuda" disetir oleh ayah saya sendiri. Fyi, mobil ini tergolong cukup kuat lho, soalnya udah (dipaksa) melancong ke Bali, Jakarta, Puncak Bogor, naikin ganasnya medan di gunung Bromo, dan banyak lagi. Hebatnya, mobil ini jarang masuk keluar bengkel.
Memang paling mantab deh kalau punya keluarga yang gak-kuat-lama-lama-di-rumah dan hobinya melancong semua. Apalagi, punya ayah yang kuat nyetir berjam-jam.
Sebenernya sih niatannya kesana mau pakai mobil sama numpang kapal sendiri. Enak, dan lebih bebas... Namun nyatanya, pulau Karimunjawa sudah dipaketkan sama pemerintah daerah setempat, sehingga sulit rasanya sampai disana tanpa pakai jasa travel agent.

Berangkat jam 10 malam, kami pun sampai di pelabuhan Kartini, Jepara, sekitar jam 8 pagi. Saya dan Ibu segera menuju loket pembelian tiket, namun sayangnya, semua penyeberangan hari itu masih tutup. Mungkin nahkoda dan awak kapal masih lebaran semua kali, ya. Saya amat kasihan dengan bule-bule yang nasibnya setali tiga uang, terlantar lantaran gak bisanyebrang. Kelihatannya mereka datang dari negara asal Dora the Explorer karena logatnya yang lucu saat mengucapkan kata "Gracias".
Alhasil, untuk menunggu pemberangkatan esok, kami belain menyewa penginapan setaraf losmen di dekat pelabuhan itu dengan tarif Rp. 150.000 saja per malam. Yah, kamarnya tidak seberapa bagus tapi juga gak jelek-jelek amat, yang penting bisa buat tempat 'ngorok', kata Ayah saya. Sore harinya, saya jalan-jalan di sekitar area pantai wisata Kartini. Sekilas kondisi pantai ini mirip dengan pantai Kenjeran yang ada di Surabaya. Banyak sampah di pinggiran pantai, banyak warung bakso, warung sate, penjual mainan, dll. Terdapat beberapa wahana untuk anak-anak dan juga museum reptil yang katanya terlengkap se-Asia Tenggara. Yakin tuh?
Tapi jujur saja, makanan di Jawa Tengah yang terkenal sangat manis itu cukup membuat kuduk saya bergiming. Ketika perjalanan menuju Jepara tadi, saya sempat mencicipi  soto Kudus dan duuuh nafsu makan saya langsung berkurang ketika tahu rasa soto tersebut yang ternyata tidak asin, tidak pedas, dan pure too sweet! Mungkin karena lidah saya yang terbiasa makan lontong balap, rujak cingur, dan makanan khas Jawa Timur lainnya. Tapi saya jamin, rasa makanan dimanapun di Jawa tengah, tidak peduli itu Jepara kek, Rembang, Solo, Semarang semuanya pasti muaaaanis. 
Sunset di Pantai Kartini, Jepara.
Oke, back to topic. Saat suntuk, saya keluar dari penginapan dan menyempatkan untuk bertandang ke toko kerajinan dan souvenir milik penduduk setempat. Sebenarnya sih cuma beli minuman soda yang dipajang di depan toko karena duit yang mepet. Tapi pemilik toko yang ramah membuat saya betah berbincang-bincang dengannya. Dari sekedar basa-basi, beliau pun mulai bercerita tentang asal-muasal pulau Karimunjawa. Konon, pulau itu terbentuk dari lomba lempar batu para Wali Songo (sebutan untuk wali yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa). Jadi, para wali itu berlomba untuk melempar batu sejauh-jauhnya dari tempat mereka berdiri, yaitu Gunung Muria. Siapa yang dapat melempar paling jauh, dialah pemenangnya. Nah, lama-kelamaan batu yang terlempar itu membentuk gugusan pulau yang sekarang dikenal dengan nama Karimunjawa. Artinya, krumun-krumun (menggerombol) di dekat pulau Jawa.
Beruntungnya lagi, ayah saya yang memang hobi berbasa-basi, bertemu dengan seorang pemuda lokal yang mempunyai kenalan salah satu pemilik travel agent di Karimun yang bernama Mas Anto. Setelah tawar harga sana-sini, Ayah pun berhasil mendapatkan harga istimewa, yaitu Rp. 500.000 per orang untuk paket tur included tiket kapal, makan, penginapan, jalan-jalan,  ongkos perahu ke tujuh pulau, alat snorkeling, dan tour-guide selama 4 hari 3 malam. Murah kaaaan.
Museum Reptil

Nah, hari yang dinanti akhirnya tiba... Kami menyeberang naik kapal Express Bahari. Ada dua alternatif penyeberangan menuju ke Karimunjawa, pertama dengan kapal Ferri dan kedua dengan kapal Express. Kapal Ferry membutuhkan waktu kurang lebih 5 jam tetapi harga tiketnya lebih murah daripada kapal Express. Enaknya, kapal Express hanya membutuhkan 1,5 jam saja untuk mencapai kepulauan Karimunjawa. Saat itu kami dibelikan Mas Anto tiket kapal Express karena memang tidak ada jadwal kapal Feri yang menyeberang hari itu.
Tapi namanya juga kapal 'express', saking express-nya, semua penumpang rasanya dikoyak-koyak di dalam kapal. Awalnya saya gengsi ketika seorang pramugara menawari saya sebuah kresek kecil, buat wadah muntah katanya. Dengan gaya gak-pernah-mabuk-laut-kok, saya pun menolak kresek itu. Seperempat jam pertama rasanya biasa saja, kayak nyebrang selat Bali gitu lah. Barulah ketika kapal sudah mau nyampe setengah perjalanan, isi perut ini seperti menggedor-gedor untuk dikeluarkan. Tenggorokan saya tercekat menahan pahitnya asam lambung yang sudah berada di pangkal kerongkongan. Gak enak bangeet.
Dari barisan kursi di belakang, sudah banyak terdengar suara hoak-hoek dan para penumpang yang sudah tidak sadarkan diri. Saya pun akhirnya merampas kresek punya nenek saya, memegangnya erat, dan mendekatkan mulut ke kresek, dan kemudian BYOOOR!! sarapan saya tadi pagi keluar semua dah. Memang gak enak banget yah rasanya mabuk laut itu, kepala pening, mata berkunang-kunang, keringat dingin, pokoknya super duper gak enak.
Sampai ketika isi kresek saya penuh, saya pun dengan terpaksa meminta lagi ke pramugara yang tadi nawarin saya. Dia berkacak pinggang dan memberikan kresek itu seolah berkata, "Rasain tuh rasanya mabuk laut!". Untung perjalanan itu memakan waktu 1,5 jam. Kalau tidak, gak tau lagi deh nasib saya gimana. Hihihi.

Namun, rasa mual, capek, dan pusing itu terbayar seketika saat saya melihat air di pelabuhan Karimunjawa yang berkecipak hangat, seolah menyambut kedatangan kami. Air di pelabuhan saja sudah bening sekali. Dari kejauhan, permukaan air yang berwarna biru kehijauan itu terlihat berkilauan seperti berlian, karena tempaan terik matahari siang itu. 
to be continued..



0 comment: