Kali ini, saya akan membahas
tentang pengalaman field trip saya selama di Thailand. Menurut saya yang belum
pernah mengunjungi negeri gajah putih ini sebelumnya, Thailand adalah destinasi
yang paling menarik dibanding negara-negara ASEAN lainnya. Paket wisata yang
ada dikemas dengan cara yang menarik sehingga tidak membuat pengunjung bosan. Selain
itu, objek wisata di Thailand lebih terorganisir dan juga lebih dijaga
kebersihannya. Pemerintah Thailand akhir-akhir ini memang telah menggiatkan
promosi wisatanya untuk menghasilkan devisa negara. Namun menurut saya,
destinasi wisata di Indonesia sebenarnya tidak kalah menarik kok hanya perlu
dikelola lebih baik lagi dalam hal sarana prasarana dan kebersihannya.
Ya, lanjut lagi ke kereta menuju
Hat Yai yang mengalami delay, kami pun akhirnya sampai di Hat Yai, sebuah kota
kecil yang terletak di perbatasan Malaysia dan Thailand. Sehingga banyak juga
penduduk suku Melayu yang melakukan perniagaan di kota ini. Hal yang paling
saya ingat dari trip ini adalah sangat seringnya kami turun di pom bensin
terdekat untuk numpang pipis di kamar mandi dan juga mencari 7 eleven!. Jadi
karena local tour yang kami ikuti tidak menyediakan fasilitas makan dalam
itinerary nya, maka jadilah kami semua langganan setia 7 eleven karena perut
kami yang sering kelaparan. Meskipun tidak mengerti dengan bahasa setempat,
kami pun menggunakan bahasa tarzan ala kadarnya.
Tetapi yang perlu diwaspadai adalah makanan di Thailand ini banyak mengandung
daging babi (pork). Sehingga untuk
orang muslim seperti saya harus lebih selektif lagi untuk memilih makanan.
Pernah karena kebodohan saya sendiri, saya mengambil sepotong Hawaian Pizza
dalam kemasan. Karena pizza tersebut tidak bertuliskan pork, maka saya pun masa
bodoh dan langsung mengambilnya dari rak. Setelah setengah habis memakannya,
saya pun baru sadar untuk membaca komposisi pizza tersebut dan benar ternyata
ada kandungan pork bolognaise yang menjadi topping pizza. Akhirnya, saya pun terpaksa
menguliti potongan daging yang tersisa dan makan bawang bombay serta saus tomat
yang ada.
Perjalanan dari Hat Yai ke
Phuket memakan waktu sekitar 8 jam perjalanan normal dan 9,5 jam perjalanan
untuk kami yang mampir berkali-kali di 7 eleven. Pantat rasanya mau tepos
karena saking lamanya berada dalam bus. Beruntung karena kami mendapat tour
guide yang sangat atraktif bernama Kak Ros. Dia sering mengundang kami untuk
main game dan nyanyi karaoke lagu-lagu Thailand yang kami sendiri tidak tahu
artinya.
Setelah sampai di Phuket, kami
pun check-in hotel. Beberapa teman saya masih sempat keluar hotel untuk mencari
street food snack, namun saya sih lebih memilih pulau kapuk alias kasur untuk
menjadi tempat tujuan saya. Hehehe.
Keesokan harinya, kami berangkat
pagi-pagi sekali ke pelabuhan agar dapat sampai ke Phi-Phi
Island. Inilah surga Thailand yang kata orang mirip seperti Raja Ampat di Indonesia. Deretan batu karang, pasir pantai yang putih bersih, serta beberapa yatch dan speed boat berjajar rapi merupakan pemandangan yang dapat kita temui selama mengunjungi Phi-Phi Island ini. Saat itu, kami menggunakan kapal ferry dan dibutuhkan perjalanan yang cukup lama sekitar 2,5 jam untuk dapat sampai ke Phi-Phi Island. Sesampainya di tujuan pertama yaitu Maya Beach, penumpang diberi kesempatan untuk snorkeling dengan alat-alat yang disediakan oleh awak kapal. Selain enak untuk dibuat snorkeling, deretan karang di Maya Beach ini sangat eksotis untuk dijadikan background foto.
Island. Inilah surga Thailand yang kata orang mirip seperti Raja Ampat di Indonesia. Deretan batu karang, pasir pantai yang putih bersih, serta beberapa yatch dan speed boat berjajar rapi merupakan pemandangan yang dapat kita temui selama mengunjungi Phi-Phi Island ini. Saat itu, kami menggunakan kapal ferry dan dibutuhkan perjalanan yang cukup lama sekitar 2,5 jam untuk dapat sampai ke Phi-Phi Island. Sesampainya di tujuan pertama yaitu Maya Beach, penumpang diberi kesempatan untuk snorkeling dengan alat-alat yang disediakan oleh awak kapal. Selain enak untuk dibuat snorkeling, deretan karang di Maya Beach ini sangat eksotis untuk dijadikan background foto.
Setelah berhenti selama 1 jam, kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke pulau terbesar dan utama dari kepulauan ini yaitu Phi-Phi Don Island. Di sini, kami mendapatkan jamuan makan siang dengan menu makanan Thailand yang menggugah selera. Setelah makan, saya pun berkeinginan untuk menjajal pasir putih di tepi pantai Phi-Phi Don. Air laut disini sangat jernih sehingga dari pinggir pantai pun saya dapat melihat gerombolan ikan kecil yang berkerumun di dekat kaki saya. Setelah itu, tidak lupa kami pun melihat-lihat oleh-oleh yang dijual di berbagai toko di samping kanan dan kiri jalan. Namun menurut tour guide kami, harga souvenir yang dijual disini lebih mahal dua kali lipat daripada di daerah lainnya. Sehingga kami hanya melihat-lihat saja.
Dari Phi-Phi Don Island, kami
kembali ke ferry untuk perjalanan pulang. Perjalanan langsung dilanjutkan
menuju Pattaya yang berjarak kurang lebih 12 jam perjalanan dari Phuket
(seperti Surabaya-Jakarta). Sebenarnya, fisik kami sudah sangat lelah saat itu
karena diforsir dengan perjalanan panjang yan sangat melelahkan. But, trip must
go on! Kalau sudah seperti ini, hanya tolak angin lah yang menjadi andalan.
Hehehe. Sebelum menuju ke Pattaya, kami sempat mampir ke pusat oleh-oleh
Madunan dan makan malam di sebuah restoran.
Kami sampai di Pattaya pada jam
12 siang keesokan harinya dan pada hari itu pula, kami berganti local guide.
Setelah check-in hotel dan istirahat sebentar, malamnya kami pun langsung
mengunjungi Alcazar Cabaret Show dan Hard Rock Souvenir Shop. Local guide yang
mendampingi kami kali ini adalah seorang lady boy bernama Anna. Awalnya, banyak
dari teman saya terutama yang cowok takut untuk ngobrol dengan Anna namun
lama-lama kami pun lebih terbiasa dan sering ngobrol dengannya. Meskipun
sedikit cuek, Anna ini cukup baik dan lucu. Dia selalu membangunkan peserta
tour dengan panggilan “Kring.... Kring....!!” seperti bunyi telepon, namun
ketika dia yang melafalkan, pengucapannya berubah menjadi “Kerrriiiing...
kerrriiiing... ayo bangooon!”. Bahkan sampai hari terakhir di Thailand pun kami
sempat merekam kata tersebut dan menjadi guyonan kami bersama saat ada di
negara selanjutnya.
Oh yaa, Alcazar Cabaret Show yang kami tonton
ini adalah pertunjukan tari-tarian dan musik yang kebanyakan diperankan oleh
kaum transgender atau banci. Anna, tour guide kami tersebut, juga bekerja
menjadi pemeran Cabaret Show tersebut. Namun saat itu kami tidak melihat dia
tampil. Keesokan harinya, perjalanan cukup panjang karena kami harus
mengunjungi Gems Gallery, Noong Noch Garden, Laser Buddha, Silver Lake, Bee Farm dan Dry Food Market.
Tempat yang cukup unik menurut
saya adalah Gems Gallery. Disini merupakan tempat penjualan perhiasan yang
dimiliki oleh pemerintah Thailand. Namun yang menarik dari sini adalah
pengemasan penjualannya. Jadi, pengunjung tidak hanya ditawarkan perhiasan,
namun juga diajak untuk menaiki kereta berjalan dan melihat proses pembuatan
perhiasan dengan efek-efek seperti hologram dan permainan cahaya yang cukup
menarik. Setelah selesai menaiki kereta, pengunjung akan melihat proses
pembuatan yang dilakukan oleh ahli secara langsung. Baru setelah itu,
pengunjung melewati deretan perhiasan dari kisaran harga 1500 bath hingga
ratusan ribu bath. Ada pula tempat penjualan souvenir yang menjual tas, baju,
kain, dengan motif dan bahan yang unik. Setelah memasuki Gems Gallery,
pengunjung yang mengisi form feedback
akan diberi free complimentary drink. Ini adalah salah satu bentuk penjualan
yang menarik dimana pengunjung tidak dipaksa untuk membeli namun dibuat
tertarik lebih dulu dengan produk dan proses pembuatannya.
Noong Noch Garden adalah kebun botani yang
dimiliki oleh seseorang yang kaya di Thailand, yaitu Noong Noch. Saat ada di
sini, kami disuguhi pertunjukan tari-tarian dan sirkus gajah. Setelah itu, kami
makan siang dan melanjutkan perjalanan ke Laser Buddha dan Silver Lake yang
berada tidak jauh dari Noong Noch Garden. Laser Buddha awalnya adalah sebuah gunung
yang dikepras kemudian diberi ukiran emas dengan gambar Buddha yang sedang
duduk. Tempat ini adalah persembahan ulang tahun dari anak raja untuk ayahnya.
Sedangkan, Silver Lake merupakan tempat perkebunan anggur dengan danau yang ada
di tengah-tengah perkebunan tersebut. Konon, air di danau ini akan berubah
menjadi Silver saat sore hari menjelang matahari terbenam. Kami hanya
berfoto-foto sebentar di dua tempat tersebut untuk mengejar perjalanan menuju
Bangkok.
And here we are, kami akhirnya
sampai di ibukota Thailand yaitu Bangkok. Hal pertama yang saya simpulkan dari
Bangkok adalah kota metropolitan yang cukup macet dengan banyak tiang beton di
dalamnya. Ya, tidak heran karena Bangkok memiliki jembatan layang dan gedung
pencakar langit yang sangat banyak. Saat berada di Bangkok, kami mengunjungi
Asiatique The River Front, Wat Pho, Madam Tussauds, dan Mall Platinum. Asiatique
adalah tempat yang pas untuk Anda membeli oleh-oleh berupa kerajinan tangan
thailand, baju, dan lain sebagainya. Terdapat bianglala cantik yang berdiri
megah di pinggir sungai Chao Praya. Sedangkan Wat Pho adalah salah satu kuil
yang sangat terkenal karena di dalamnya terdapat patung Budha Tidur terbesar di
dunia. Setelah mengunjungi tempat-tempat tersebut, kami pun dibawa ke Mall
Platinum dan Madame Tussauds.
![]() |
| Wat Pho |
![]() |
| Madame Tussauds |
Madame Tussauds merupakan museum patung lilin
dari tokoh-tokoh terkenal di dunia ini, seperti Ir. Soekarno, Mahatma Gandi, Obama,
dan banyak lagi tokoh lainnya. Yang tidak kalah mengasyikkan adalah ketika kami
berkeliling Mall Platinum untuk shopping. Bangkok memang surga bagi para wanita
terutama mereka yang suka berbelanja. Tidak heran karena harga pakaian disini
bisa setengah kali harga di Indonesia dan bahkan bisa lebih murah jika kita
piawai dalam menawar! Tapi siap-siap saja untuk dimarahi oleh pemilik toko,
jika kita sudah menawar tapi tidak jadi membelinya. Hihihi :D
Tetapi yang paling saya ingat itu adalah tiba-tiba langit Thailand pagi itu menjadi hitam pekat dan menurut tour guide kami saat itu terjadi badai. Hujan turun dengan deras sehingga kami semua terlantar di Wat Pho. Area luar Wat Pho sempat banjir dan kami pun harus menenteng bawaan kami melewati banjir tersebut. Tujuan kami sebelumnya adalah Grand Palace dan Wat Arun. Namun karena kondisi tidak memungkinkan untuk melakukan tour di luar ruangan, akhirnya jadilah kami semua pergi ke mall! Hahaha. Lalu kami juga sempat mencoba naik tuk-tuk, yaitu kendaraan umum khas Thailand yang mirip seperti bajaj. Tuk-tuk ini dapat ditawar dengan harga 150 bath (sekitar Rp. 60.000) dari mall MBK ke mall platinum. Driver tuk-tuk ini benar-benar lihai dalam mengendarai tuk-tuk sehingga kami dapat melewati jalan yang begitu macet dan malah dialihkan oleh driver menuju perkampungan penduduk untuk menghindari macet tersebut. Pokoknya siap-siap spot jantung karena tuk-tuk ini jalannya sangat ngebut!
![]() | |||||||||
| Selfie inside tuk-tuk! |
Akhirnya
jalan-jalan kami di Thailand harus berakhir dan kami harus melanjutkan
perjalanan menuju destinasi berikutnya yaitu Vietnam. Pantau terus
perjalanan kami ya....












